Sunday 22 May 2011

Fascinating Komodo Trip (1) – The Komodo Dragon

Minggu, 15 Mei 2011! Hari di mana saya dan 7 teman saya bertatap muka langsung dan main mata dengan binatang langka yang populasinya tinggal sekitar 2500 ekor, KOMODO!
Meeting point ke-1 dengan Komodo adalah di Loh Buaya di Pulau Rinca (loh=teluk). Di dermaga, kami disambut oleh dua ranger, Pak Rhinus dan Pak Arif. Mereka berdua berkostum “hutan” dengan setelan kaos dan celana kargo cokelat. Dilengkapi dengan tongkat penakluk komodo. Tongkatnya dari kayu panjang kira-kira 150m dengan ujung seperti huruf Y.
Kami dikawal oleh mereka ke hutan, kira-kira 300m dari dermaga. Setelah mengurus tiket masuk di kantor yang berbentuk rumah panggung, kami dikumpulkan untuk briefing do’s and dont’s. Selama tracking, kami dilarang merokok, tidak boleh ribut, dan hindari membuat gerakan heboh yang tiba-tiba. Wanita yang sedang menstruasi sebaiknya tidak ikut karena penciuman komodo sangat sensitif terhadap darah. Ranger akan memimpin di depan dan satu lagi di paling belakang, tidak boleh sampai terpisah dari rombongan. 
Pesan terakhir dari Pak Rhinus ketika briefing, the one that I think all of you should know, “tongkat saya ini berguna untuk menahan moncong ataupun leher komodo kalau-kalau mereka menyerang, tapi kalau komodo terlalu agresif, tongkat ini saja tidak cukup... (jeda)...kita HARUS LARI”. JENG JENG!
Kami memilih rute medium dari 3 rute tracking yang ditawarkan, memakan waktu kira-kira 45 menit. Belum sampai 10 menit masuk ke hutan, sudah ada satu ekor komodo besar sedang bersantai-santai di rerumputan. Menurut Pak Rhinus, komodo sebesar itu masih muda, usianya mungkin ”baru belasan tahun”. Pada umumnya, komodo bisa berusia sampai 50 tahun dengan panjang maksimal 3 meter. Anatomi komodo betul-betul mirip dengan kadal, tapi kering, tidak mengkilat-kilat atau berlendir, dan SUPER BESAR. Selama waktu ”bermain-main” dengan komodo itu, saya sendiri tidak mendapat kesan sedikitpun akan kebuasan mereka. Kebanyakan hanya tiduran, leyeh-leyeh berkelompok, dan diam. Sampai kami turun dari bukit pun sepertinya posisi leyeh-leyehnya masih sama, hehe... Berjalannya pun lambat.. Satu-satunya bagian tubuh yang terlihat "garang" adalah matanya yang tampak selalu siaga.
Ranger - Pak Rhinus  - photo by @Sdr_Yudha
Gerombolan komodo yang sedang goler-goler santai - photo by @Sdr_Yudha

Saya iseng bertanya ke ranger, Pak Arif, ”mereka jalannya lambat ya, Pak”, si ranger dengan enteng menjawab ”iya kalau jalan lambat, tapi kalau lari kencang”. Well, ternyata pak Arif benar, menurut http://www.gonjangganjing.com/tag/labuan-bajo/ Komodo bisa berlari hingga 20 Km/jam. Tidak cukup berlari, mereka pun bisa berenang dan menyelam sampai kedalaman 4,5 m. Weleh-weleh, larinya kencang, bisa berenang, ekornya kuat, ludahnya berbisa...bagaimana cara kita kabur ya? Kata Pak Arif: kita harus lari kencang dan ZIG-ZAG. Catat ya teman-teman! :)
Di habitatnya ini, komodo menjadi top predator yang berada di puncak rantai makanan. Tidak ada manusia yang memburu komodo, tapi, banyak manusia yang berburu rusa atau kerbau hutan yang menjadi santapan komodo. Jadi secara tidak langsung bisa mempengaruhi keberlangsungan hidup komodo. Kerbau hutan yang kokohnya seperti banteng, ditaklukkan dengan digigit kemudian ditinggalkan, 2 minggu kemudian si kerbau mati karena bisa komodo dan baru disantap berjamaah. WOWWWWW!
Kami juga sempat melihat tempat telur-telur komodo ”ditanam”, walaupun tinggal bekasnya saja. Kata Pak Rhinus, musim bertelur komodo hanya 1x/ tahun dengan jumlah telur 20an dan hanya sekitar 20% yang sukses hidup hingga dewasa. Hmmm, pantas langka ya...selain itu, anak komodo harus berada di pohon sampai umurnya setahun, karena ada kemungkinan akan dimangsa oleh komodo dewasa mengingat mereka kanibal.
Rombongan kami kemudian digiring keluar dari hutan dan menaiki bukit savana yang sejauh mata memandang cuma ada rumput. Rumput jarak dekat yang diinjak kaki dan rumput jarak jauh di bukit seberang. Anginnya sepoi-sepoi. Terik panasnya maksimal. Sekitar 10-15 menit kami mendaki dan menuruni bukit rumput itu, sampai akhirnya si ranger berkata ”KITA SAMPAI”.
cuma ada rumput, rumput, rumput, dan langit - photo by @Sdr_Yudha
  
Begitu melihat ke depan, astaga pemandangan indahnya keterlaluan. Seperti di kalender-kalender, tapi tanpa efek photoshop. Haduuuuh, capek langsung hilang!!! Photoshop is solely nothing compare to God’s creating and editing capability.

This is what we get on the top of the hill, BEAUTIFUL! - photo by @Sdr_Yudha

Setelah itu kami digiring turun dari bukit dan kembali ke tempat kami briefing. Kami pisah dengan para ranger dan kembali ke dermaga tanpa dikawal. I repeat, TANPA DIKAWAL. Awalnya kami tenang-tenang, bertemu kerbau hutan, kepiting darat, monyet-monyet liar, sampai akhirnya harus berpapasan dengan seekor komodo yang sedari tadi nongkrong di dermaga. Kami serentak berhenti, dan berteriak ke arah dermaga ”Paaaaaak, tolong Paaaaaak”. Untungnya ada seorang ranger yang datang dengan tongkatnya dan si komodo kabur ke bukit. Bapak ranger itu langsung bertanya, ”Tadi dengan ranger siapa namanya? Ini tidak boleh seperti ini, seharusnya dikawal sampai keluar, karena kalau harus papasan dengan komodo, rombongan tidak bisa memaksa jalan terus, harus pelan-pelan mundur ke belakang sampai komodo pergi dari jalan yang dilalui, baru bisa meneruskan jalan, kalau ada ranger kan rangernya yang di depan berhadapan dengan komodo”. Haduuuuh, CATAT LAGI! Minta dikawal sampai dermaga yaaa, nyawa taruhannya...
Cross path with Komodo... - photo by @Sdr_Yudha

Meeting point ke-2 dengan Komodo adalah di Loh Liang di Pulau Komodo. Di sini, rangernya agak lebih “penakut” dibandingkan dengan di Pulau Rinca yang relative lebih “santai”. Mungkin karena komodonya lebih liar ya? Kurang tahu saya. Memang, kalau dibandingkan dengan di Pulau Rinca, komodonya tampak lebih besar-besar ukurannya.
The Beast! - photo by @kenyongkenyang
  Satu-satunya moment menarik di Pulau Komodo ini adalah ketika kami bertemu dengan dua ekor komodo besar kemudian salah satu dari mereka menguap! Oh my Gooooood! Lebar sekali menguapnya dan panjang lidahnya! Di moment beberapa detik itu, barulah si komodo terlihat “berbahaya”. Di pulau ini kami juga tidak bertemu komodo sebanyak di Pulau Rinca. Bisa jadi karena pulaunya yang lebih luas, jadi area jelajah komodonya juga lebih menyebar. Di Pulau Komodo juga ada paket menginap di hutan (camping), mungkin bisa dicoba untuk uji nyali :)
 Untuk perburuan foto dan petualangan, Pulau Rinca lebih seru dibandingkan Pulau Komodo. Tapi mau bertemu komodo belum afdhol kalau tidak ke Pulau Komodo. Kampung Komodo juga sepertinya layak dikunjungi untuk bertemu dengan orang yang konon katanya bisa berkomunikasi dengan komodo. Kami sendiri tidak sempat ke sana jadi no story about it, silakan dibuktikan sendiri... :)
Dua lokasi pertemuan dengan Komodo Dragon

P.S. setelah bertemu langsung dengan binatang mengagumkan ini, saya jadi sombong kalau ketemu cicak atau kadal, hehe…

No comments:

Post a Comment