Sunday 29 April 2018

BEPERGIAN JAUH BERSAMA ORANG TUA (THINGS TO NOTE)

Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi Turki beserta suami dan ibu saya. It was a trip dedicated for them, especially for my mom. The reason I took my mom for a trip is simple, she devoted her life for her family, worked very hard but barely enjoy the result, she haven’t been any other part of the world except Mecca for Hajj. The moment triggered me the idea is when I witnessed the beauty of tulips field in Lisse, all by myself. Too beautiful to enjoy it alone. That moment, I said to myself, someday I would take my mom and (then) husband to see what I see.



It was April 2013.

Five years later, they are finally able to see what I’ve seen, at least partly very similar, but instead of Lisse, I took them to Turkey J Selain karena lebih terjangkau dibandingkan ke Belanda (sorry mom!), ada alasan lain yang membuat saya memilih Turki.
Biasanya, saya seringkali sudah terlalu excited ketika melakukan riset travelling, jauh dari sebelum trip itu dimulai. Tapi kali ini berbeda, because my mom will join the trip! Instead of excited, I was VERY NERVOUS. Bunch of thought followed me around approaching the day, what if my mom doesn’t like it, my husband doesn’t like it, my mom got sick, the place is actually just overrated, makanannya kurang enak, cuaca tidak mendukung, dan sebagainya.
Dan ternyataaaa, semua kekhawatiran saya tidak terbukti. So glad and relieve that the trip went MARVELOUS! We went home with a wide smile and bunch of nice memories and stories to share. Dari pengalaman itu saya ingin berbagi beberapa hal yang perlu diingat ketika kita ingin mengajak orang tua berlibur ke tempat yang jauh, semoga bermanfaat!

1.       It’s their trip, not ours
Hal yang paling krusial adalah harus sepenuhnya menyadari dan menerima bahwa the trip is for them. Jadi, mulai dari pemilihan jadwal pesawat, hotel, destinasi, dilakukan untuk menjamin bahwa perjalanan tidak terlalu melelahkan. Saya pilih jadwal pesawat dengan durasi transit terpendek walaupun sangat tergoda dengan tawaran special price Doha city tour dari Qatar Airways untuk transit lebih dari 5 jam. Turki saya pilih karena selain untuk melihat tulip di negara aslinya, kota Istanbul punya banyak cerita bersejarah dari masa kekaisaran Ottoman yang saya yakin akan sangat menarik untuk ibu saya yang suka sejarah. Di dalam itinerary Turki, saya putuskan untuk tidak mengunjungi Istiklal street walaupun saya penasaran karena sepertinya tidak relevan untuk ibu saya dan tidak naik balon udara di Cappadoccia karena tidak memungkinkan untuk ibu saya (I’ll be back for that, haha!). Kalau durasi tripnya panjang, mungkin masih bisa disisipkan destinasi yang cuma untuk kita sementara mereka istirahat di penginapan, tapi kalau singkat sebaiknya fokus saja ke hal-hal yang yang bisa dinikmati. Singkatnya, make them as the center of universe for any decision taken. Kalau poin ini sudah beres, poin-poin berikutnya sebetulnya hanya turunan dari poin pertama ini. Ibaratnya mau kasih kado, harusnya sesuai dengan selera orang yang dikasih kado, bukan selera kita. It’s ridiculous to get something expensive but useless, right?

2.       Understand their interest and focus on that
Tiap orang pasti ada ketertarikan masing-masing ketika travelling, apakah itu makanan, alam pantai, pegunungan, bangunan bersejarah, seni, shopping, atau urban life. Mengetahui ketertarikan mereka penting sekali untuk menentukan tempat tujuan dan menyusun itinerary yang keep appealing day-by day. Sebagai contoh, ibu saya suka membaca dan sangat tertarik dengan sejarah. Kalau melihat suatu bangunan atau monumen, she’ll be very keen to know who built it, why, and how, not just to snap a picture of it she also want to know the story behind it. Untuk memaksimalkan pengalaman yang didapat di Turki, saya memutuskan untuk menggunakan jasa private tour guide dari toursbylocal.com, sesuatu yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Hasilnya, kunjungan ke Haghia Sophia, Istana Topkapi, dan perjalanan di selat Bosphorus menjadi penuh cerita dan local insight. When we were going back to Jakarta I asked my mom what she thinks about this trip, her first word was PUAS! Karena semuanya jadi tahu detail dan lengkap! J J J
So by the way, if you are planning to visit Istanbul and look for a tour guide, find the name Aykut on toursbylocal.com, highly recommended!

3.       Don’t rush, know their fitness & mobility level
Beberapa hari sebelum hari keberangkatan, seorang teman saya berpesan: It’s the time of togetherness that matters for your mom, not just the destination, so if eventually you have to stay at hotel room because of some reason, just be it and enjoy. Kalimat itu saya ingat terus sepanjang perjalanan. Kita mungkin bisa tahan long haul flight easily, but as they are getting older everything can be completely different. Jadi saya menahan diri untuk tidak melakukan ambitious travelling dengan terlalu banyak destinasi dan membuat itinerary tidak terlalu rigid, kalau-kalau ibu saya hanya mau leyeh-leyeh saja karena capek. My mom is 65 during this trip and still actively mobile, jadi saya hanya perlu memperhatikan intensitas jalan kaki dan toilet break. Gladly, seperti layaknya kota-kota di Eropa, banyak seating group di Turki. Sebelum berangkat saya pastikan juga alas kaki yang dipakai ibu saya nyaman untuk dipakai jalan kaki lama, she tried my running shoes and she liked it! Di kondisi yang berbeda mungkin bisa dipertimbangkan untuk membawa wheelchair portable so our elderly parents can still enjoy the trip without forcing their old bones too hard. 

4.       Food: eat for life not the otherwise
Bepergian ke tempat yang jauh berarti kita harus berhadapan dengan makanan yang berbeda dari yang kita makan sehari-hari. Harus diingat bahwa metabolisme dan sensitivitas orang tua kita mungkin sudah berbeda dengan kita-kita yang masih muda. Makanan-makanan yang terlalu tajam atau terlalu aneh sebaiknya dihindari. Selain itu untuk menjaga mood, perlu diperhatikan juga soal: selera. I eat almost everything and always want to taste the local food although sometimes end up I don’t really like it. Sebaliknya, suami dan ibu saya picky eater dan lebih suka cari aman. Our pick for first meal in Istanbul was: omelet for mom, lamb kebab for husband, and pide (sejenis pizza) for me. Biasanya tempat makan di tempat sekitar tempat wisata punya menu yang universal seperti omelet pasta, hamburger, atau sandwich. Kalau memang picky eater, bisa pesan makanan-makanan “aman” seperti itu, tidak perlu dipaksakan harus makan makanan lokal just for the sake of getting local taste. Atau lebih aman lagi bisa membawa makanan dari tanah air yang awet dan gampang diselipkan di tas untuk dibawa selama jalan-jalan, seperti abon, sambel sachet, atau teri kacang dan bisa cari penginapan yang ada dapurnya (banyak tersedia di Airbnb).

5.       Always. Check. The. Weather.
Saya pernah menggigil kedinginan di Alkmar karena terlalu yakin cuaca akan cerah seperti hari sebelumnya because it’s spring already, saya hanya pakai outer seadanya dan ternyata hari itu hujan. Menghindari hal seperti itu, saya mengecek cuaca dan suhu di Istanbul setiap hari sejak dua-tiga minggu sebelum keberangkatan, so we know what to prepare. Apalagi cuaca tidak menentu di berbagai belahan dunia, yang harusnya musim semi malah turun salju, bahkan di Indonesia masih sering hujan walaupun sudah masuk April. Selain cek suhu, setiap sesi stalking di Instagram saya juga mengamati outfit yang dipakai, apakah perlu coat, parka, atau wind breaker saja cukup. Sekali lagi because of their age, our parents endurance to weather might be different with us so the concern is doubled. 

6.       Kondisikan and be happy, no matter what!
Pernah punya teman yang grumpy atau bad mood di perjalanan dan jadi merusak suasana hati semua orang? Avoid it at all cost, because mood is contagious, let’s just pick good! We can be the “motor” yang memastikan spirit positif perjalanan tetap terjaga. Ibu saya surprisingly get over excited melihat karpet tulip yang menurut saya biasa saja compare to the tulip filed in Lisse, dan saya memilih ikut-ikutan excited berfoto ria instead of saying things like ah ini sih biasa banget, ngga ada apa-apanya, jadi excitement ibu saya tetap ter-maintain. Mood dan excitement juga bisa dikondisikan dari sebelum keberangkatan. About two weeks prior, I regularly texted my mom few interesting facts about the places we’re going to visit as teaser. Misalnya, di Istana Topkapi nanti bisa lihat pedang Nabi Muhammad dan tongkat Nabi Musa, kita nanti ke bangunan megah bekas gereja yang jadi masjid dan sekarang jadi museum, kita nanti akan lihat selat di antara benua Asia dan Eropa. Info-info trivia itu berhasil membuat ibu saya sangat bersemangat dan looking for that during the trip. Tak lupa sebelum berangkat saya wanti-wanti suami saya juga “nanti selama di sana, kalaupun kamu nggak happy, tolong pura-pura happy dulu ya, biar mood semuanya tetap bagus J”. Cara ini sepertinya cukup ampuh, my mom was excited the whole trip I wonder where she get the energy from and my husband was very supportive through all the challenges we faced during the trip, yeayy!



Dengan enam poin di atas, kami melalui perjalanan 5 hari 4 malam di Turki dengan sukses. Saya pribadi pulang dengan perasaan senang, puas, dan lega karena semuanya berjalan dengan lancar dan obyektif utamanya, make a memorable moment for my mom, tercapai!

Ressurection

Well, hello!
It's been almost four years since my last post! A lot of things happen in real life, I finished my study, went back to Indonesia, got a job, got married (yeay), now in searching for a house (haven't found it yet, hiks).
I actually wrote some pieces stored as draft in 2016 but find a little bit difficult to find time to finish my writing as I focus more on corporate life and my new family. But it's my husband who actually encourage me to write again, so hopefully I can re-activate this blog and my urge to write some post!
So this is it: renyagustine.blogspot.com RESSURECTION!