Sunday 18 March 2012

Cerita Pergantian Tahun

Dikocok-kocok kaya kalo pulpen macet...
...tulis seorang sahabat via bbm di suatu malam. Kalimat itu adalah instruksi untuk menormalkan termometer badan yang baru saya beli siangnya. Pertama kali dikeluarkan dari kardusnya, hanya tampak garis kuning di sepanjang termometer raksa ini. Setelah kurang lebih 5 menit ditaruh di ketiak, ada garis silver yang naik dan menunjuk ke angka 38,8. Oke, jadi suhu badan saya malam itu 38,8 ⁰ C. Sedikit lebih tinggi dari suhu normal. Karena penasaran, saya berniat untuk mencoba sekali lagi and there it goes...instruksi untuk menormalkan air raksa di termometer sebelum digunakan lagi. Tapi apa yang terjadi setelah proses kocok-kocok dilakukan? Ta daaa...air raksa silver mengkilat itu malah semakin merajalela hingga ke angka 39,6⁰ C. Dikocok-kocok lagi, dia melonjak sampai lewat 40⁰ C. Kalau betul itu suhu badan saya harusnya saya sudah tergeletak di rumah sakit by that time. Termometer yang labil.

Ratusan...
...kata seorang temannya teman. Sepotong kata yang diteruskan lirih itu bukan jawaban dari pertanyaan “berapa ratus?” di iklan wafer tango jaman dulu. Ratusan di situ mengacu ke ratusan makhluk halus yang diperkirakan ‘ngikut’ saya. Sebagian teman punya dugaan kuat mereka ngikut dari Kalimantan, tempat yang saya kunjungi selama 18 hari kira-kira 2 minggu sebelum ada dakwaan di atas. Pendapat lain bermacam-macam, mereka memang dikirim oleh anggota keluarga untuk menjaga saya (?) sampai perkiraan ada yang naksir saya di sana jadi saya diguna-guna biar balik lagi ke sana.
Momen tak terlupakan ini diawali dari sebuah tweet iseng sederhana “setiap malam kok demam, begitu pagi seger lagi..”. Gara-gara tweet itu, seorang teman kuliah menceritakan tentang temannya yang mengalami hal serupa dan sebabnya diduga ghoib bin mistis: ada makhluk halus yang masuk setiap selepas maghrib dan keluar lagi ketika pagi datang. Dan konspirasi semesta memang misterius, ternyata teman saya yang cukup sering datang ke kos punya kemampuan melihat dan merasakan yang halus-halus itu.
Malam itu juga, saya diminumi air doa. Entah karena doanya atau fisik saya yang memang sedang kurang sehat, saya muntah-muntah dahsyat segera setelah tegukan terakhir. Tidak cukup sepiring lele bakar makan malam saya yang keluar, sepiring nasi padang yang sudah aman sentosa di perut saya sejak siang hari pun ikut keluar. Sebelum pulang, teman saya berpesan agar saya sering-sering baca ayat kursi. Dan katanya, makin sering muntah makin bagus. Hmm, bagussss.

“Mau aku kasih tau sekarang atau besok? Mendingan sekarang, (kondisi) kamu urgent! Aku ke kos kamu sekarang.”
...bbm yang dikirim seorang teman di malam hari selepas saya melakukan cek darah di siang harinya. Dua hari setelah minum air doa, saya masih suka demam-demam kecil dan beberapa kali muntah. Jadi kira-kira sudah seminggu saya demam setiap malam. Sampai akhirnya saya tidak bisa menelan apapun kecuali roti dan air putih, selain itu semua balik kanan, keluar lagi. Hari itu juga saya berangkat ke dokter.
Singkat cerita, hasil tes darah menunjukkan bahwa saya terinfeksi mikroorganisme bernama cantik, Salmonella. Cukup akut katanya. Nilai rujukan untuk negatif adalah kurang dari/ sama dengan 2, dengan 3 adalah borderline, dan ponten saya 5. Positif. Jadi dari sudut pandang medis, “makhluk-makhluk halus” inilah yang membuat saya mual, muntah, dan typhoid fever, saya demam setiap malam. Usus sayapun luka. Serangkaian pantangan dan anjuran pun harus saya jalankan bulat-bulat. Menyebalkan. Saya harus bed rest selama lima hari, sudah disiapkan surat dokter. Saya tidak boleh makan sayur dan buah sama sekali selama paling tidak seminggu. Saya harus makan makanan yang halus, bubur, roti, atau apapun yang diblender (hiyaaks...). Saya harus check up lagi dalam tiga hari ke depan, tepat setelah obatnya habis.
"makhluk halus"
picture taken from here

Disponsori oleh rasa penasaran dan rasa agak-belum-bisa-menerima-kenyataan, saya mengunjungi sesepuh idola, mbah Google. Dari situs WHO, beberapa informasi singkat berikut cukup menjelaskan apa yang saya alami:
1.       Bakteri Salmonella biasanya berasal dari daging ayam, sapi, atau telur
2.  Membutuhkan waktu untuk berkembang biak, jadi gejala baru akan dirasakan beberapa hari, minggu, bahkan bulan setelah kontak dengan makanan yang mengandung bakteri, depends on how much bacterias in the food consumed
3.   Gejala yang timbul adalah typhoid fever (demam naik turun) disertai mual dan muntah
Point ke-2 cukup menjelaskan kondisi “demam tiba-tiba” dan point ke-3 menjelaskan kondisi “demam mistis hanya di malam hari”. Tidak ada keluhan apa-apa selain demam, mual, dan lemas. Ketika menulis ini, 2 hari setelah cek darah, saya sudah merasa jauh lebih baik, tidak mual, tidak muntah, dan tidak lagi demam tinggi.

Cuma Tuhan yang tahu apakah itu karena saya rajin minum obat dan istirahat cukup atau karena rajin baca ayat kursi, atau kombinasi keduanya.
Menurut kamu? :)


P.S : Cerita ini diketik sejak Januari, tapi baru diposting Maret. Begitulah. Bravo procrastination!

My Saturday Night Scrabble

Terinspirasi oleh [at]hurufkecil di http://hurufkecil.wordpress.com, malam ini saya mencoba iseng menantang diri sendiri melakukan hal yang sama. Saya minta seseorang untuk memberi saya 10 frase secara acak. Dan hasilnyaaaa....tadaaa!!! Ini fresh from the oven, baru matang, selamat menikmati :D


Ini sudah larut malam. Mataku terpejam. Tapi pikirku tak mau diam.
Kamu apa kabar? Badai terakhir membuat semua hitam kelam.
Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kita tertawa, bersama. Pun kapan lagi akan tertawa nanti, bersama.

Rindu akan tawa itu kadang terobati oleh kenangan. Tapi sampai kapan kenangan bisa terus menguatkan. Yang ada hanya tambal sulam yang tak pernah sanggup menutup rindu dengan sempurna. Memaksa, menutup semangat yang mati dengan kain kafan seadanya.

Tak ada yang tahu sekarang akan bermuara ke besok yang seperti apa. Semoga saja kita tidak berputar di pusaran yang sama dan kemudian hilang tanpa sisa, bagai mereka yang raib di segitiga bermuda.

Aku ingat foto itu, foto lama. Kita, berpegangan tangan, erat. Dinaungi kubah emas. Haru.


Dan sekarang aku hanya bisa ucapkan selamat pagi pada matahari. Jika mungkin, rasanya aku perlu kontrak mati dengannya untuk simpan pinjam sinarnya, setiap hari, sampai nanti.

Aku rasa cinta mati itu frase salah kaprah. Karena cinta justru membuat kita bertahan, tetap berjalan walau kadang terseok, tapi hidup.


Ini sudah larut malam. Dan semua gelap gulita.



Kata yang dicetak tebal dan miring itu frase-frase yang dilempar teman saya secara acak dan dia tidak tahu mau diapakan sebelumnya. Bedanya, kalau [at]hurufkecil melakukannya hanya dalam 15 menit, saya 60 menit. Hahaha, maklum masih pemula.

Tapi ini cukup seru loh. I dare you to try :p