Sunday 22 May 2011

Fascinating Komodo Trip (2) – Beyond The Underwater




Di luar satwa Komodo yang fenomenal, pemandangan alam di sekitar Pulau Rinca dan Pulau Komodo benar-benar luar biasa. Air laut super bening, pulau-pulau berbukit rumput, biota laut yang kaya membuat Komodo masuk dalam jajaran world best diving spot. Bahkan ternyata, berdasarkan survey Litbang National Geographic, di Indonesia, underwater Pulau Rinca menduduki peringkat ke-2 setelah Raja Ampat!!!
Dengan menyewa kapal untuk 2 hari – 1 malam, kami keliling ke dua lokasi konservasi komodo seperti tulisan (1) dan beberapa spot snorkeling/ diving. Kapten kapal kami, pak Yusuf, adalah mantan penyelam mutiara yang JAGO MASAK (ini penting demi keberlangsungan hidup kami ber-8) dan pernah dipenjara di Australia karena menyelam melewati garis batas perairan Negara. Para penyelam mutiara menyelam TANPA alat diving dan mampu mencapai kedalaman ±70 depa (=ukuran dua tangan direntangkan). Gila ya! Sekarang pak Yusuf tidak menyelam lagi dan pendengarannya agak berkurang karena gendang telinganya rusak… :(
Kapal kami :)

Ketangguhannya masih terbukti ketika snorkel gear @Ms_rebecka terjatuh di dasar laut di sekitar Pulau Bidadari. Di perairan yang jernih, snorkel gear warna kuning itu terlihat di dasar laut yang diperkirakan sedalam 10m-15m (menurut ABK). Beliau langsung terjun dan muncul lagi ke permukaan air DENGAN SNORKEL GEAR, seluruhnya dalam waktu KURANG DARI 10 DETIK!!! Ga percaya? Saya pun susah percaya, baru saja mau ngintip, eeeh, malah sudah nongol lagi. Ga paham bagaimana caranya menyelam di arus sekencang itu, berenang saja kami ngos-ngosan, hehe…
Pulau Bidadari adalah spot snorkeling terakhir yang menurut saya paling indah dibandingkan dengan spot-spot sebelumnya. Pasir pantai di pulau ini sedikit kemerah-merahan juga walaupun tidak semerah di Red Beach. Underwaternya? Hmm...jangan tanya, tidak perlu jago menyelam untuk bisa menikmati keindahan biota laut di sini. Karangnya jenis soft coral yang beraneka ragam dan sangat dangkal, bahkan jika kita berdiri bisa terinjak oleh kaki kita. Ada anemon laut lengkap dengan nemo & friends, napoleon, dan berbagai macam ikan kecil belang-belang yang bahkan bisa dilihat di perairan dekat pantai. Saking banyaknya, ikan di sini berenang dekat sekali dengan kita, jadi kalau mau foto-foto underwater bisa maksimal. Some of my friends even tried to catch the fish! 
Kenya with the beautiful soft corals at Bidadari - photo by Rio

Kejar ikannyaaaa...perairan dangkal di P. Bidadari - photo by Rio


Sebelum ke Pulau Bidadari, spot snorkeling pertama kami adalah di Pulau Kambing. Di sini ada anemon laut dan ratusan jenis ikan yang seliweran di bawah kaki kami. Perairannya lebih dalam dibandingkan dengan di Pulau Bidadari sehingga ikannya tampak lebih ”jauh” dan harus deeper-dive. 
@Sdr_Yudha deep dive at P.Kambing - photo by Rio
Snorkeling di Pulau Kambing menjadi satu-satunya aktivitas ”main air” di hari pertama karena arus laut Red Beach di sore hari sudah terlalu kencang. Jadilah kami langsung menuju ke Pulau Kalong, tempat kami bermalam. Menjelang matahari terbenam kami sampai di Pulau Kalong dan sudah ada beberapa kapal lain yang ”parkir”. Tidak lama setelah itu, dari Pulau Kalong terbang ratusan kelelawar keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Wah, jadi ingat Gotham City! Malamnya kami tidur dengan bulan purnama bulat sempurna dan ribuan bintang di langit yang bersih cerah, romantis, beda dengan langit Jakarta yang berasap :)
Tempat kami bermalam :) - photo by @felifelife
  Paginya, kami sudah terbangun sebelum matahari terbit. Bertepatan dengan itu, Pak Yusuf berniat membeli ikan dari pedagang/nelayan yang berseliweran dengan perahu dayung kecil. Sunrise pun ter-capture dengan indah, cumi-cumi siap dimasak untuk makan siang, hehe...
penjual ikan dan perfect sunrise - photo by @Ms_rebecka
Setelah matahari terbit sempurna, kapal langsung dinyalakan dan kami berangkat menuju ke Red Beach! Akhirnya!!! Di sini, kapal tidak bisa merapat ke pantai karena takut karangnya rusak karena jangkar. Jadi kami harus berenang kira-kira 20m untuk sampai ke pantai yang pasirnya merah itu. Benar-benar baru bangun tidur, tanpa pemanasan, tanpa sarapan, belum loading sempurna kami pasang fin, gogle, dan snorkel mask dan byur byur byur! Sepanjang ”perjalanan” menuju pantai, kami kurang bisa menikmati underwater karena arusnya kencang minta ampun. Begitu mendarat di pantai, kami memasukkan pasir ke botol-botol air mineral untuk dibawa ke Jakarta, norak ya, hehe...
Full Team! at Red Beach!

Selanjutnya, kami ke...Manta ray spot! Di perairan ini, bisa ditemukan ikan pari (Manta) dengan jenis ekor yang tidak menyengat sehingga tidak berbahaya. Dilarang melempar jangkar juga di sini, jadi kapal tetap bergerak pelan. 
The Manta Ray...kalau dibalik putih... - photo by Rio
Setelah puas berenang dengan Manta, teman-teman naik ke kapal dan kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Kanawa. Perjalanan sekitar 1,5 jam dan kami mulai mengantuk campur capek. Baju sudah mulai kering lagi ketika sampai di Kanawa. Cantik pulaunya.
Pulau Kanawa dari kapal - photo by @Sdr_Yudha
 Di dermaga, terpampang papan yang mengharuskan bayar Rp 50,000 jika ingin memasuki pulau. Wah, komersil juga ini. Tapi ternyata kalau hanya berenang di tepi lautnya (di luar garis dermaga) tidak perlu membayar. Begitu di dalam air, ASTAGAAAAA...rasanya ingin kabur dan kembali naik ke kapal. Di dalam air, sesuatu yang tadinya saya pikir karang ternyata adalah ribuan ikan, RI-BU-AN IKAN, dari satu jenis yang sama, berwarna abu-abu, bergerombol, berderet, dan tidak bergerak. Bayangkan, pertama kali menunduk ke air dan disambut dengan tatapan dingin dari ribuan pasang mata ikan! Geliiii...

namanya ikan Tombo, bisa dikonsumsi, hiiiiy...
Bayangkan kalau itu piranha! - photo by Rio

Dewa Neptunus datang, arisan bubaaaaar! - photo by @Sdr_Yudha
Setelah itu kami makan siang dengan cumi-cumi besar yang disebut ukuran sedang oleh nelayan si penjual. Entah dimasak apa oleh pak Yusuf, yang pasti kami sulit menahan diri untuk tidak menghabiskannya. Diakhiri dengan indahnya Pulau Bidadari, kemudian kami kembali berlayar ke Labuan Bajo. 

Aaaah, DEFINITELY A WONDERFUL BEACH TRIP!!! No wonder, now...no wonder... Let's VOTE KOMODO!

Fascinating Komodo Trip (1) – The Komodo Dragon

Minggu, 15 Mei 2011! Hari di mana saya dan 7 teman saya bertatap muka langsung dan main mata dengan binatang langka yang populasinya tinggal sekitar 2500 ekor, KOMODO!
Meeting point ke-1 dengan Komodo adalah di Loh Buaya di Pulau Rinca (loh=teluk). Di dermaga, kami disambut oleh dua ranger, Pak Rhinus dan Pak Arif. Mereka berdua berkostum “hutan” dengan setelan kaos dan celana kargo cokelat. Dilengkapi dengan tongkat penakluk komodo. Tongkatnya dari kayu panjang kira-kira 150m dengan ujung seperti huruf Y.
Kami dikawal oleh mereka ke hutan, kira-kira 300m dari dermaga. Setelah mengurus tiket masuk di kantor yang berbentuk rumah panggung, kami dikumpulkan untuk briefing do’s and dont’s. Selama tracking, kami dilarang merokok, tidak boleh ribut, dan hindari membuat gerakan heboh yang tiba-tiba. Wanita yang sedang menstruasi sebaiknya tidak ikut karena penciuman komodo sangat sensitif terhadap darah. Ranger akan memimpin di depan dan satu lagi di paling belakang, tidak boleh sampai terpisah dari rombongan. 
Pesan terakhir dari Pak Rhinus ketika briefing, the one that I think all of you should know, “tongkat saya ini berguna untuk menahan moncong ataupun leher komodo kalau-kalau mereka menyerang, tapi kalau komodo terlalu agresif, tongkat ini saja tidak cukup... (jeda)...kita HARUS LARI”. JENG JENG!
Kami memilih rute medium dari 3 rute tracking yang ditawarkan, memakan waktu kira-kira 45 menit. Belum sampai 10 menit masuk ke hutan, sudah ada satu ekor komodo besar sedang bersantai-santai di rerumputan. Menurut Pak Rhinus, komodo sebesar itu masih muda, usianya mungkin ”baru belasan tahun”. Pada umumnya, komodo bisa berusia sampai 50 tahun dengan panjang maksimal 3 meter. Anatomi komodo betul-betul mirip dengan kadal, tapi kering, tidak mengkilat-kilat atau berlendir, dan SUPER BESAR. Selama waktu ”bermain-main” dengan komodo itu, saya sendiri tidak mendapat kesan sedikitpun akan kebuasan mereka. Kebanyakan hanya tiduran, leyeh-leyeh berkelompok, dan diam. Sampai kami turun dari bukit pun sepertinya posisi leyeh-leyehnya masih sama, hehe... Berjalannya pun lambat.. Satu-satunya bagian tubuh yang terlihat "garang" adalah matanya yang tampak selalu siaga.
Ranger - Pak Rhinus  - photo by @Sdr_Yudha
Gerombolan komodo yang sedang goler-goler santai - photo by @Sdr_Yudha

Saya iseng bertanya ke ranger, Pak Arif, ”mereka jalannya lambat ya, Pak”, si ranger dengan enteng menjawab ”iya kalau jalan lambat, tapi kalau lari kencang”. Well, ternyata pak Arif benar, menurut http://www.gonjangganjing.com/tag/labuan-bajo/ Komodo bisa berlari hingga 20 Km/jam. Tidak cukup berlari, mereka pun bisa berenang dan menyelam sampai kedalaman 4,5 m. Weleh-weleh, larinya kencang, bisa berenang, ekornya kuat, ludahnya berbisa...bagaimana cara kita kabur ya? Kata Pak Arif: kita harus lari kencang dan ZIG-ZAG. Catat ya teman-teman! :)
Di habitatnya ini, komodo menjadi top predator yang berada di puncak rantai makanan. Tidak ada manusia yang memburu komodo, tapi, banyak manusia yang berburu rusa atau kerbau hutan yang menjadi santapan komodo. Jadi secara tidak langsung bisa mempengaruhi keberlangsungan hidup komodo. Kerbau hutan yang kokohnya seperti banteng, ditaklukkan dengan digigit kemudian ditinggalkan, 2 minggu kemudian si kerbau mati karena bisa komodo dan baru disantap berjamaah. WOWWWWW!
Kami juga sempat melihat tempat telur-telur komodo ”ditanam”, walaupun tinggal bekasnya saja. Kata Pak Rhinus, musim bertelur komodo hanya 1x/ tahun dengan jumlah telur 20an dan hanya sekitar 20% yang sukses hidup hingga dewasa. Hmmm, pantas langka ya...selain itu, anak komodo harus berada di pohon sampai umurnya setahun, karena ada kemungkinan akan dimangsa oleh komodo dewasa mengingat mereka kanibal.
Rombongan kami kemudian digiring keluar dari hutan dan menaiki bukit savana yang sejauh mata memandang cuma ada rumput. Rumput jarak dekat yang diinjak kaki dan rumput jarak jauh di bukit seberang. Anginnya sepoi-sepoi. Terik panasnya maksimal. Sekitar 10-15 menit kami mendaki dan menuruni bukit rumput itu, sampai akhirnya si ranger berkata ”KITA SAMPAI”.
cuma ada rumput, rumput, rumput, dan langit - photo by @Sdr_Yudha
  
Begitu melihat ke depan, astaga pemandangan indahnya keterlaluan. Seperti di kalender-kalender, tapi tanpa efek photoshop. Haduuuuh, capek langsung hilang!!! Photoshop is solely nothing compare to God’s creating and editing capability.

This is what we get on the top of the hill, BEAUTIFUL! - photo by @Sdr_Yudha

Setelah itu kami digiring turun dari bukit dan kembali ke tempat kami briefing. Kami pisah dengan para ranger dan kembali ke dermaga tanpa dikawal. I repeat, TANPA DIKAWAL. Awalnya kami tenang-tenang, bertemu kerbau hutan, kepiting darat, monyet-monyet liar, sampai akhirnya harus berpapasan dengan seekor komodo yang sedari tadi nongkrong di dermaga. Kami serentak berhenti, dan berteriak ke arah dermaga ”Paaaaaak, tolong Paaaaaak”. Untungnya ada seorang ranger yang datang dengan tongkatnya dan si komodo kabur ke bukit. Bapak ranger itu langsung bertanya, ”Tadi dengan ranger siapa namanya? Ini tidak boleh seperti ini, seharusnya dikawal sampai keluar, karena kalau harus papasan dengan komodo, rombongan tidak bisa memaksa jalan terus, harus pelan-pelan mundur ke belakang sampai komodo pergi dari jalan yang dilalui, baru bisa meneruskan jalan, kalau ada ranger kan rangernya yang di depan berhadapan dengan komodo”. Haduuuuh, CATAT LAGI! Minta dikawal sampai dermaga yaaa, nyawa taruhannya...
Cross path with Komodo... - photo by @Sdr_Yudha

Meeting point ke-2 dengan Komodo adalah di Loh Liang di Pulau Komodo. Di sini, rangernya agak lebih “penakut” dibandingkan dengan di Pulau Rinca yang relative lebih “santai”. Mungkin karena komodonya lebih liar ya? Kurang tahu saya. Memang, kalau dibandingkan dengan di Pulau Rinca, komodonya tampak lebih besar-besar ukurannya.
The Beast! - photo by @kenyongkenyang
  Satu-satunya moment menarik di Pulau Komodo ini adalah ketika kami bertemu dengan dua ekor komodo besar kemudian salah satu dari mereka menguap! Oh my Gooooood! Lebar sekali menguapnya dan panjang lidahnya! Di moment beberapa detik itu, barulah si komodo terlihat “berbahaya”. Di pulau ini kami juga tidak bertemu komodo sebanyak di Pulau Rinca. Bisa jadi karena pulaunya yang lebih luas, jadi area jelajah komodonya juga lebih menyebar. Di Pulau Komodo juga ada paket menginap di hutan (camping), mungkin bisa dicoba untuk uji nyali :)
 Untuk perburuan foto dan petualangan, Pulau Rinca lebih seru dibandingkan Pulau Komodo. Tapi mau bertemu komodo belum afdhol kalau tidak ke Pulau Komodo. Kampung Komodo juga sepertinya layak dikunjungi untuk bertemu dengan orang yang konon katanya bisa berkomunikasi dengan komodo. Kami sendiri tidak sempat ke sana jadi no story about it, silakan dibuktikan sendiri... :)
Dua lokasi pertemuan dengan Komodo Dragon

P.S. setelah bertemu langsung dengan binatang mengagumkan ini, saya jadi sombong kalau ketemu cicak atau kadal, hehe…

Saturday 21 May 2011

The Pensieve

Hwaaah, it's been 2 months after my last writing... Well, I've been so busy working, struggling for one "big thing" and NOT to forget...preparing my self for a sunny-lovely vacation. Do not be envy, I just arrived from Flores, visiting one of the nominations of "7 Wonders of The World", haha, envy envy envy... *evil smirk*. The story of my last trip will be available soon on this blog, very soon.
By the way, few weeks ago, I had had a chat with a friend of mine, not the close one. He read my blog and questioned me: “why do you write something that is not your expertise?”. Quite long pause until I got his question. To my friend, my answer was:
Dear my friend, politics, movies, or religions are definitely not my cup of tea, as an expert. But, as a citizen, a consumer, a non-atheist, I think we both are enjoying the same tea.
No need to be a politician expert to criticize your government and all the bad-ass. No need to be a preacher to speak up your objection about what happens. Besides, all what I wrote, or what I will write later, are pure from my own thought, that’s my personal opinion. You may agree or disagree with it, whatever you chose you’re still my friend, haha…

All that I’m trying to say is “NO MATTER HOW SHALLOW my thought about a case is, I will write it down if it really annoys me or maybe in the other way it is really interesting for me”. Got it? Thank you. 
Enjoy reading… :)