Sunday 20 February 2011

Pertarungan Para Hantu

Saya termasuk orang yang cukup sering nonton bioskop, hampir pasti setiap minggu, bahkan pernah two times in a row, hanya diselingi makan.
Genre film favorit saya adalah action dengan ritme yang cepat, terutama yang melibatkan CIA atau secret agent. J
Saya kurang suka film fantasi seperti Lord of The Ring atau Avatar. Otak saya akan disibukkan dengan menganalisa itu makhluk apa, kenapa dia bisa terbang, kenapa dia bisa bicara dengan manusia, dan sejenisnya sehingga lupa mengikuti alur cerita.
Daaan, film yang sudah pasti akan saya hindari adalah FILM HOROR. Sefenomenal apapun The Sixth Sense atau The Ring di masanya dulu, saya tidak tertarik sedikitpun (atau tertantang) untuk coba-coba nonton.

Jadiiiii, bisa dibayangkan bagaimana kesalnya saya dengan berita bahwa film luar tidak akan diputar lagi di bioskop Indonesia.
Duh, kekonyolan apa lagi ini?

Saya jelas tidak sependapat dengan anggapan bahwa dengan ditariknya film luar akan membuat industri film lokal semakin maju. Tanpa perlu saya jelaskan, itu logika yang menurut saya konyol.
Tapi tulisan ini tidak akan membahas hal-hal serius terkait dengan kerugian yang harus diderita negara dan bangsa karena film luar di blokir. Sudah banyak yang membahas hal itu, seperti bapak iniini, dan juga yang paling gress dari mbak ini, orang-orang yang memang berkompeten di bidangnya.


Di sini, saya hanya ingin menyatakan betapa saya, sebagai konsumen, kesal, karena...kalau film-film luar diblokir, terus apa yang bisa saya tonton? Film Indonesia? Seriously? Are you kidding me?
Hmmmm, coba lihat deh, I already picked the TOP brain-stimulating Indonesian movie titles, the best of the best!!! FYI, this is a tough decision, look at this interesting list!
1.     Hantu Puncak Datang Bulan
     Wondering whether she’s also facing the monthly cramp or not, I might ask her…do you need to take a pill during your period like I do? Oh, and the sequel may be titled Hantu Menopouse?

2.     Kuntilanak Beranak
     Nice trial in creating a rhyme to make it is easier to be remembered. Next, try Pocong Monyong, Tuyul Gundul (ya iyalah…) or maybe…aaaah…have to stop it…

3.     Pocong vs Kuntilanak
     Inspired by Alien vs Predator, I assume. So, who’s the winner? Pocong jumps and tramples on kuntilanak or kuntilanak keeps laughing loudly until pocong dies with the bleeding ears? Errr…they already died, don’t they? So, why do they fight? Aaaah…stop it…

4.     Hantu Binal Jembatan Semanggi
     Woooow, how bitchy she is? Is she teasing every driver who passes the bridge? How? Waving hands while winking her spooky eyes? Doing sexy-dancing on the road and showing her chapped-bloody lips and hips? Rraaaawrrrr… Oh, why my mind now recalls Trio Macan?

5.     Dendam Pocong Mupeng
     How do you know that he or she is MUPENG? By looking at the face? That thick white- faced? How? How? HOW?

6.     Pocong Kamar Sebelah
Is it the Indonesian version of The Girl Next Door? Yeah, at least now we can recognize that the pocong is a girl [and you guys go hoping she is as hot as the girl next door].

I don’t think I’m interested to watch one of those movies, even take a quick glance on the trailer. Hell, NO.

Mungkin bisa saja saya yang benci film horror menaruh harap dengan film-film non horror dengan judul provokatif seperti berikut:
1.     Anda Puas Saya Loyo
2.     Pijat Atas Tekan Bawah
3.     Mas Suka Masukin Aja – Besar Kecil It’s OK
[NO, I don’t add the second phrase, that’s the actual full title, to complete the stupidity, I assume]
Dude!!! "..."

Okay, memang ada beberapa film lokal yang ‘wajib tonton’ seperti Naga Bonar atau Laskar Pelangi. Tapi berapa banyak? Lebih tepatnya berapa banyak dibandingkan film dengan judul-judul provokatif seperti di atas?

Nonton film di bioskop, buat saya sama halnya dengan baca buku, dengan genre yang bermacam-macam, bisa berarti banyak buat saya [dan saya yakin, puluhan juta orang lain di negara ini]. Dari yang remeh temeh seperti isi waktu luang, hiburan, sarana berbaikan sama pacar, melampiaskan emosi, sampai yang agak berat seperti untuk tahu [atau setidaknya membuat jadi tertarik untuk tahu lebih jauh] tentang sejarah, mengambil ‘life-lesson’, membangkitkan ide atau inspirasi, dan membuat saya jadi tahu ada begitu banyak hal menarik di luar sana, bahwa dunia tidak selebar daun sirih.

Film, sama halnya dengan buku, adalah jendela dunia.

Jadi, dengan segala hormat, menurut saya, ini adalah kekonyolan paling konyol dari semua kekonyolan yang belakangan semakin sering terjadi di negara ini.

And by the way, speaking of ‘getting lesson’ from movie, from Indonesian movie we can conclude that the most famous ghost is pocong.
And from the upcoming movie, we will know that pocong possibly copulates with another famous ghost, suster ngesot, and breeding new ghost species called pocong ngesot (!)...so in the future they don’t only jump but also ngesot.

Haha, intriguing, isn’t it?


highlights on tidak pernah, animal...natural... hmm, no comment
 

No comments:

Post a Comment