Ini sudah larut malam. Mataku terpejam. Tapi
pikirku tak mau diam.
Kamu apa kabar? Badai
terakhir membuat semua hitam kelam.
Aku bahkan tak ingat
kapan terakhir kita tertawa, bersama. Pun kapan lagi akan tertawa nanti, bersama.
Rindu akan tawa itu
kadang terobati oleh kenangan. Tapi sampai kapan kenangan bisa terus
menguatkan. Yang ada hanya tambal sulam
yang tak pernah sanggup menutup rindu dengan sempurna. Memaksa, menutup semangat
yang mati dengan kain kafan seadanya.
Tak ada yang tahu
sekarang akan bermuara ke besok yang seperti apa. Semoga saja kita tidak
berputar di pusaran yang sama dan kemudian hilang tanpa sisa, bagai mereka yang
raib di segitiga bermuda.
Aku ingat foto itu, foto lama. Kita, berpegangan tangan, erat. Dinaungi kubah emas. Haru.
Dan sekarang aku hanya bisa ucapkan selamat pagi pada matahari. Jika mungkin, rasanya aku perlu kontrak mati dengannya untuk simpan pinjam sinarnya, setiap hari, sampai nanti.
Dan sekarang aku hanya bisa ucapkan selamat pagi pada matahari. Jika mungkin, rasanya aku perlu kontrak mati dengannya untuk simpan pinjam sinarnya, setiap hari, sampai nanti.
Aku rasa cinta mati itu frase salah kaprah. Karena
cinta justru membuat kita bertahan, tetap berjalan walau kadang terseok, tapi hidup.
Ini sudah larut malam.
Dan semua gelap gulita.
Kata yang dicetak tebal dan miring itu frase-frase yang dilempar teman saya secara acak dan dia tidak tahu mau diapakan sebelumnya. Bedanya, kalau [at]hurufkecil melakukannya hanya dalam 15 menit, saya 60 menit. Hahaha, maklum masih pemula.
Tapi ini cukup seru loh. I dare you to try :p
kapan2 aku nyoba ah. :D
ReplyDelete-IF-
ditunggu link-nya yak, ga bole curang tapi... :p
ReplyDelete