Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi
Turki beserta suami dan ibu saya. It was a trip dedicated for them, especially
for my mom. The reason I took my mom for a trip is simple, she devoted her life for her family, worked very hard but barely enjoy the result, she haven’t been any
other part of the world except Mecca for Hajj. The moment triggered me the idea
is when I witnessed the beauty of tulips field in Lisse, all by myself. Too beautiful to enjoy it alone. That
moment, I said to myself, someday I would take my mom and (then) husband to see what I
see.
It was April 2013.
Five years later, they are finally able to see what I’ve seen, at least partly very similar, but instead of Lisse, I took them to Turkey J Selain karena lebih terjangkau dibandingkan ke Belanda (sorry mom!), ada alasan lain yang membuat saya memilih Turki.
It was April 2013.
Five years later, they are finally able to see what I’ve seen, at least partly very similar, but instead of Lisse, I took them to Turkey J Selain karena lebih terjangkau dibandingkan ke Belanda (sorry mom!), ada alasan lain yang membuat saya memilih Turki.
Biasanya, saya seringkali sudah terlalu excited ketika melakukan riset travelling, jauh dari sebelum trip itu dimulai. Tapi kali ini berbeda, because my
mom will join the trip! Instead of excited, I was VERY NERVOUS. Bunch of thought
followed me around approaching the day, what if my mom doesn’t like it, my
husband doesn’t like it, my mom got sick, the place is actually just overrated, makanannya kurang
enak, cuaca tidak mendukung, dan sebagainya.
Dan ternyataaaa, semua kekhawatiran
saya tidak terbukti. So glad and relieve that the trip went MARVELOUS! We went
home with a wide smile and bunch of nice memories and stories to share. Dari pengalaman
itu saya ingin berbagi beberapa hal yang perlu diingat ketika kita ingin
mengajak orang tua berlibur ke tempat yang jauh, semoga bermanfaat!
1. It’s their trip, not ours
Hal yang paling krusial
adalah harus sepenuhnya menyadari dan menerima bahwa the trip is for them. Jadi,
mulai dari pemilihan jadwal pesawat, hotel, destinasi, dilakukan untuk menjamin
bahwa perjalanan tidak terlalu melelahkan. Saya pilih jadwal
pesawat dengan durasi transit terpendek walaupun sangat tergoda dengan tawaran
special price Doha city tour dari Qatar Airways untuk transit lebih dari 5 jam. Turki saya
pilih karena selain untuk melihat tulip di negara aslinya, kota Istanbul punya banyak cerita bersejarah dari masa
kekaisaran Ottoman yang saya yakin akan sangat menarik untuk ibu saya yang suka
sejarah. Di dalam itinerary Turki, saya putuskan untuk tidak mengunjungi Istiklal street walaupun saya
penasaran karena sepertinya tidak relevan untuk ibu saya dan tidak naik balon
udara di Cappadoccia karena tidak memungkinkan untuk ibu saya (I’ll be back for that, haha!). Kalau durasi tripnya panjang, mungkin masih bisa disisipkan destinasi yang cuma untuk kita sementara mereka istirahat di penginapan, tapi kalau singkat sebaiknya fokus saja ke hal-hal yang yang bisa dinikmati. Singkatnya, make them as
the center of universe for any decision taken. Kalau poin ini sudah beres,
poin-poin berikutnya sebetulnya hanya turunan dari poin pertama ini. Ibaratnya
mau kasih kado, harusnya sesuai dengan selera orang yang dikasih kado, bukan
selera kita. It’s ridiculous to get something expensive but useless, right?
2. Understand their interest and focus on that
Tiap orang pasti
ada ketertarikan masing-masing ketika travelling, apakah itu makanan, alam
pantai, pegunungan, bangunan bersejarah, seni, shopping, atau urban life. Mengetahui
ketertarikan mereka penting sekali untuk menentukan tempat tujuan dan menyusun
itinerary yang keep appealing day-by day. Sebagai contoh, ibu saya suka membaca
dan sangat tertarik dengan sejarah. Kalau melihat suatu bangunan atau monumen,
she’ll be very keen to know who built it, why, and how, not just to snap a
picture of it she also want to know the story behind it. Untuk memaksimalkan pengalaman
yang didapat di Turki, saya memutuskan untuk menggunakan jasa private tour
guide dari toursbylocal.com, sesuatu yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya.
Hasilnya, kunjungan ke Haghia Sophia, Istana Topkapi, dan perjalanan di selat
Bosphorus menjadi penuh cerita dan local insight. When we were going back to
Jakarta I asked my mom what she thinks about this trip, her first word was
PUAS! Karena semuanya jadi tahu detail dan lengkap! J J J
So by the way, if
you are planning to visit Istanbul and look for a tour guide, find the name Aykut on
toursbylocal.com, highly recommended!
3. Don’t rush, know their fitness &
mobility level
Beberapa hari
sebelum hari keberangkatan, seorang teman saya berpesan: It’s the time of
togetherness that matters for your mom, not just the destination, so if eventually
you have to stay at hotel room because of some reason, just be it and enjoy. Kalimat
itu saya ingat terus sepanjang perjalanan. Kita mungkin bisa tahan long haul
flight easily, but as they are getting older everything can be completely different.
Jadi saya menahan diri untuk tidak melakukan ambitious travelling dengan terlalu
banyak destinasi dan membuat itinerary tidak terlalu rigid, kalau-kalau ibu
saya hanya mau leyeh-leyeh saja
karena capek. My mom is 65 during this trip and still actively mobile, jadi
saya hanya perlu memperhatikan intensitas jalan kaki dan toilet break. Gladly,
seperti layaknya kota-kota di Eropa, banyak seating group di Turki. Sebelum
berangkat saya pastikan juga alas kaki yang dipakai ibu saya nyaman untuk dipakai
jalan kaki lama, she tried my running shoes and she liked it! Di kondisi yang
berbeda mungkin bisa dipertimbangkan untuk membawa wheelchair portable so our
elderly parents can still enjoy the trip without forcing their old bones too
hard.
4. Food: eat for life not the otherwise
Bepergian ke
tempat yang jauh berarti kita harus berhadapan dengan makanan yang berbeda dari yang
kita makan sehari-hari. Harus diingat bahwa metabolisme dan sensitivitas orang tua kita mungkin
sudah berbeda dengan kita-kita yang masih muda. Makanan-makanan yang terlalu
tajam atau terlalu aneh sebaiknya dihindari. Selain itu untuk menjaga mood, perlu diperhatikan juga
soal: selera. I eat almost everything and always want to taste the local food
although sometimes end up I don’t really like it. Sebaliknya, suami dan ibu saya picky eater dan lebih suka cari aman. Our pick for first
meal in Istanbul was: omelet for mom, lamb kebab for husband, and pide (sejenis
pizza) for me. Biasanya tempat makan di tempat sekitar tempat wisata punya menu
yang universal seperti omelet pasta, hamburger, atau sandwich. Kalau memang
picky eater, bisa pesan makanan-makanan “aman” seperti itu, tidak perlu
dipaksakan harus makan makanan lokal just for the sake of getting local taste. Atau
lebih aman lagi bisa membawa makanan dari tanah air yang awet dan gampang
diselipkan di tas untuk dibawa selama jalan-jalan, seperti abon, sambel sachet,
atau teri kacang dan bisa cari penginapan yang ada dapurnya (banyak tersedia di
Airbnb).
5. Always. Check. The. Weather.
Saya pernah
menggigil kedinginan di Alkmar karena terlalu yakin cuaca akan cerah seperti
hari sebelumnya because it’s spring already, saya hanya pakai outer seadanya
dan ternyata hari itu hujan. Menghindari hal seperti itu, saya mengecek cuaca
dan suhu di Istanbul setiap hari sejak dua-tiga minggu sebelum keberangkatan, so
we know what to prepare. Apalagi cuaca tidak menentu di berbagai belahan dunia,
yang harusnya musim semi malah turun salju, bahkan di Indonesia masih sering
hujan walaupun sudah masuk April. Selain cek suhu, setiap sesi stalking di Instagram
saya juga mengamati outfit yang dipakai, apakah perlu coat, parka, atau wind
breaker saja cukup. Sekali lagi because of their age, our parents endurance to
weather might be different with us so the concern is doubled.
6. Kondisikan and be happy, no matter what!
Pernah punya teman
yang grumpy atau bad mood di perjalanan dan jadi merusak suasana hati semua
orang? Avoid it at all cost, because mood is contagious, let’s just
pick good! We can be the “motor” yang memastikan spirit positif perjalanan
tetap terjaga. Ibu saya surprisingly get over excited melihat karpet tulip yang
menurut saya biasa saja compare to the tulip filed in Lisse, dan saya memilih ikut-ikutan
excited berfoto ria instead of saying things like ah ini sih biasa banget, ngga ada apa-apanya, jadi excitement ibu saya tetap ter-maintain. Mood dan excitement juga bisa dikondisikan dari sebelum
keberangkatan. About two weeks prior, I regularly texted my mom few interesting facts about
the places we’re going to visit as teaser. Misalnya, di Istana Topkapi nanti
bisa lihat pedang Nabi Muhammad dan tongkat Nabi Musa, kita nanti ke bangunan megah bekas
gereja yang jadi masjid dan sekarang jadi museum, kita nanti akan lihat selat
di antara benua Asia dan Eropa. Info-info trivia itu berhasil membuat ibu saya
sangat bersemangat dan looking for that during the trip. Tak lupa sebelum berangkat saya wanti-wanti
suami saya juga “nanti selama di sana, kalaupun kamu nggak happy, tolong pura-pura
happy dulu ya, biar mood semuanya tetap bagus J”.
Cara ini sepertinya cukup ampuh, my mom was excited the whole trip I wonder
where she get the energy from and my husband was very supportive through all
the challenges we faced during the trip, yeayy!
Dengan enam poin di atas, kami melalui perjalanan
5 hari 4 malam di Turki dengan sukses. Saya pribadi pulang dengan perasaan senang,
puas, dan lega karena semuanya berjalan dengan lancar dan obyektif utamanya,
make a memorable moment for my mom, tercapai!
No comments:
Post a Comment